19 Juli 2014

Candi Jawi, Harmoni Majapahit dan Singhasari

Tiga bulan sudah di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur. Yang sebelumnya cuman bisa ikut kamunitas hasher, nyambangi lereng-lereng gunung sekitar (Gunung Penanggungan, Arjuna, Ringgit, dan Welirang) bareng sama ayah dari temen disini. Dan akhirnya punya 'kaki' tambahan aka motor. Yipiiesss. Darah mbolangnya dah ga sabar buat ngelayap lagi. Aku awali petualang kali ini ke candi yang paling deket kost, Candi Jawi, atau di sanskrit-nya disebut Candi Jajawa.

Beberapa kali cuman nglewatin saja ini candi. Penisirin bingit sih, dan akhirnya minggu lalu kesana. Ini candi masih ada di daerah Pandaan, arah mau ke Prigen, Tretes, dipinggir jalan raya pas, kanan jalan, jadi ga susah nyarinya. Ditambah bentuk candinya yang menjulang, ini candi sebenernya bikin orang yang lewat ngelirik ke dia. Tapi ga tahu kenapa tiap lewat ini candi tergolong sepi. Lagi-lagi mungkin sinyal kalau orang-orang sudah ga pada care sama yang namanya sejarah negeri sendiri.

Minggu, sekitar jam 11 siang aku sampai. Ada sekitar satu keluarga dan dua pasang muda-mudi disana. Well not bad, paling ga masih ada beberapa orang yang penasaran dan pingin tahu sama yang namanya Candi Jawi, dan semoga bisa diceritain ke temen-temen atau saudara yang lain tentang ni Candi. Habis parkir, langsung cari ticket box atau semacamnya. Masuk main gate, langsung disapa sama kolam isi ikan-ikan emas yang bernaung dibawah teratai-teratai dari terik matahari. Kolam ini ternyata ngelilingi Candi Jawi-nya. Ada jembatan kecil buat nyebrang ke teras candinya. Sebaiknya sih baca dulu papan informasi mengenai ini Candi sebelum masuk buat liat-liat. Biar ga cuman bisa liat indahnya candi tapi juga tahu sejarah dan fungsi candi.

Pagar batu merah sebelah barat candi Candi Jawi
Ternyata Candi Jawi itu dibangun di perbatasan kerajaan Singasari dan Majapahit pada waktu itu. Kata mas-mas yang jaga waktu itu (aku lupa namanya, maaf mas, huhu). Makanya ada material batu bata merah untuk pondasi teras, kolam, dan pagarnya (bekas pagar bisa diliat direruntuhan dibelakang candi utama) yang menjadi ciri khas peninggalan kerajaan Majapahit. Kemudian ada material batu untuk Candi Jawi-nya sendiri dan tiga candi perwara yang sayangnya hanya pondasinya saja tersisa. Nah untuk material batu ini jadi ciri khas dari kerajaan Singhasari. 

Candi nya sediri dibuat dari dua jenis batu yang berbeda. Sebelumnya keseluruhan candi dibangun menggunakan batu hitam. Tetapi setahun setelah disambar petir pada tahun 1253 Saka, penbangunan kembali candi ini menggunakan batu putih untuk bagian yang rusak (lagi-lagi kata mas-nya dan di dukung dari tulisan di papan informasi). Di dinding bawah Candi Jawi ini berlukiskan relief-relief, tapi sayangnya tipis dan mulai terkikis. Dari informasi yang aku baca, sampai sekarang relief tersebut belum bisa dibaca cerita tentang apa karena saking tipisnya.

Candi Jawi 
Candi bernuansa Siwa-Buddha ini bukan untuk tempat pemujaan dewa, dilihat dari pintu candi yang menghadap ke timur, membelakangi gunung Welirang, nah biasanya candi untuk pemujaan menghadap ke gunung, yang dipercaya tempat bersemayam para dewa. Jadi, Candi Jawi di fungsikan untuk pendharmaan raja Kartanegara aka penyimpanan abu raja Kartanegara. Tapi fungsi sebagai tempat pemujaan malah digunakan di masa-masa ini. Waktu aku berkunjung, aku liat ada seorang laki-laki masuk berpakaian safari mengenakan peci hitam masuk ke candi utama bahkan melepas alas kakinya, menabur mawar di yoni dan menyalakan dupa. Saat aku tanya ternyata bapak itu mau sembahyang. Entah agamanya apa, mungkin kejawen. Benar saja, saat aku tanya ke officer-in-charge, memang tempat tersebut masih sering digunakan beberapa orang untuk pemujaan atau sembahyang, dari Bhuda, Hindu, sampai Kejawen. 

Yoni tanpa lingga di dalam Candi Jawi, bertabur mawar bekas persembahyangan.

Setelah selesai keliling candi dan bayangin begitu indahnya atmospher candi ini di masanya, toh pun masih sampai saat ini, aku ngobrol-ngobrol sebentar sama the-officer-in duty. Setelah isi buku tamu dan bayar tiket masuk yang ga di tentukan besaranya, sukarela saja, (pas masuk mas-nya ga ada jadi bayarnya belakangan), tanya-tanya soal candi Jawi sebentar terus tanya candi lain disekitar yang bisa dikunjungi lagi. Masnya bilang ada Candi Jolotundo yang fungsinya sebagai pemandian di daerah perbukitan Trawas. Hmmm, it sounds great, bayangin water of life di masa itu, ga sabarrrr, so let's go!